DALAM DIAM AKU MENCINTAIMU
Bismillahirahmanirahim...
sahabatku
semua yang dirahmati Allah. sudah banyak sekali artikel tentang cinta dimuat
seorang pecinta dimana-mana, dikoran, di majalah, di fb, di dunia maya. mungkin
1001 kata cinta pun tak akan sanggup mendefinisikan arti cinta itu sendiri.
cinta dalam cinta, saya sendiripun susah mendefisikan cinta itu sendiri, tapi
yang saya tekankan dalam hati dalam dalam jika saya mencintai seseorang yg
karenaNya bertambah cinta saya kepada yang maha pecinta (Allah swt) inilah yg
aku sebut namanya cinta. ya itulah cinta..
sahabtaku yang aku sayangi, cinta yang selalu
terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun expresi. Hingga akhirnya Allah
menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan. sungguh cinta semacam
itu adalah cinta yang sangat indah, Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan
dengan kesederhanaan dan keikhlasan, karena tiada yang tahu rencana Tuhan,
mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan
perlahan karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan, serahkankan rasa
yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya
biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya.
cinta dalam diam yang selalu mengharap ridho Allah tak ada satupun yang bisa
menyamai keindahananya..
sebuah
kisah abadi cinta terindah sepanjang masa terbentuk beribu tahun silam namun
ceritanya abadi sepanjang masa.
bacalah dengan seksama, moga bisa memaknai arti cinta dalam hatimu,
Ini bukan dongeng. Bukan kisah Peter Pan atau Cinderella to kisah romeo juliet yang too good to be true. Mereka semua sungguh wujud. Dan romantisme itu sungguh terjadi. Yang paling penting, kisah mereka ini Allah hadirkan tentu bukan tanpa alasan.<
Ini bukan dongeng. Bukan kisah Peter Pan atau Cinderella to kisah romeo juliet yang too good to be true. Mereka semua sungguh wujud. Dan romantisme itu sungguh terjadi. Yang paling penting, kisah mereka ini Allah hadirkan tentu bukan tanpa alasan.<
Ikhwan
Langka Bernama Ali … Ikhwan itu sama dengan laki-laki lainnya. Rutin
berinteraksi dengan akhwat ayu, daiyah populer dari keluarga terpandang, dan
sekalipun tarbiyah bukan hanya sepekan sekali menerpa, namun dia masih manusia
… Perasaan itupun muncul tanpa diminta. Namun ia tahu posisi dirinya. Ia tahu
mana batasnya. Cintanya disimpan rapat-rapat. Jangankan untuk ‘nembak si
akhwat, apalagi mengetikkan status di wall FB, untuk mengekspresikanpun
ia bertahan. Bertahan. Tak sesiapapun tahu gelisah hatinya. Menjaga kemuliaan
diri … dan juga kemuliaan si akhwat. Apalagi, mimpi memperistri sang akhwat
kian memudar ketika tiba seseorang dengan segalanya: kesolihan, kekayaan,
kemasyhuran dengan tujuan yang juga lama diidamkannya: mengkhitbah akhwat
pujaan.Seseorang itu punya begitu banyak keutamaan. Tak mungkin sang akhwat
menolaknya. Gundahnya kian membulat.
Namun
tak diduga, langit hatinya kembali cerah. Lamaran pria masyhur itu ditolak.
Waktu
merambat dengan keteguhan menjaga kemuliaan diri. Namun seseorang kembali
datang, justru ketika ia tengah mengumpulkan segenap alasan dan keberanian
untuk hadir menjumpai orangtua si akhwat.
Pengkhitbah
kali kedua ini pria gagah. Disegani kawan maupun lawan atas kiprahnya di medan
dakwah.
Ali,
ikhwan yang teguh menggenggam marwah, kembali menunduk. Tak mungkin sang akhwat
pujaan kali ini menolak pengkhitbah nan gagah. Cinta tak terucap itu lagi-lagi
harus dikubur dalam-dalam. Namun berita yang sama kembali bagai petir di siang bolong.
Pria kedua pun ditolak.
Skenario
Allah, SWT berlaku. Ya, Allah takdirkan Ali berjodoh dengan akhwat pujaan
hatinya.
***
Happy ending. Pemuda bersahaja itu menemukan jawaban doanya. Tapi cerita belum selesai sampai di sini. Suatu malam, istri cantik menyampaikan sebuah rahasia yang mengejutkannya. “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda.”
Happy ending. Pemuda bersahaja itu menemukan jawaban doanya. Tapi cerita belum selesai sampai di sini. Suatu malam, istri cantik menyampaikan sebuah rahasia yang mengejutkannya. “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda.”
Ali
terkejut dan berkata, “Kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? Dan
siapakah pemuda itu?”
Sambil
tersenyum istrinya berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah dirimu.”
Maha
Suci Allah. Cinta platonis seorang ikhwan dan seorang akhwat. Kedua cinta tak
terekspresikan. Tak terkatakan. Padahal situasi dan tuntutan dakwah membuat
aktivitas mereka sering bertumbukan. Peluang untuk memberi sinyal ketertarikan
atau sekedar perhatian nan ‘wajar’ tumbuh di sini dan di sana, bila mereka
mau. Namun pilihan menabrak mainstream-lah yang mereka ambil.
Dan
keduanya menyimpan perasaan itu rapat-rapat hingga ijab qabul-lah yang menjadi
pembuka hijab.
sahabatku yang aku sayangi karena
Allah, tentunya engkau akan timbul banyak pertanyaan :
bagaimana
kisah selengkapnya ?
siapakah
Ali ?
siapakah
gadis itu ?
apakah
ini nyata ?
ikhwan
aktivis bernama itu adalah Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah dan
akhwat daiyah itu bernama Fatimah Az-Zahra binti Muhammad SAW ini bisa dibaca
lengkapnya di bawah ini. Pria pengkhitbah pertama dalam true story itu
adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Sedangkan yang kedua –
yang juga ditolak – adalah Umar bin
Khattab. Fathimah
menolak Abu Bakr dan Umar, demi menanti pinangan Ali yang miskin.
mari kita baca kisah selengkapnya :
Ada
rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu,
sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.
Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik
darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka
dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan
darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.
Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh
kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di
sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya
pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fatimah menghardik mereka dan seolah
waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!<
Dipendamkan
di dalam hatinya, yang tidak diceritakan kepada sesiapa tentang perasaan
hatinya. Tertarik dirinya seorang gadis, yang punya peribadi tinggi, paras yang
cantik, kecekalan yang kuat, apatah lagi ibadahnya, hasil didikan ayahnya yang
dicintai oleh umat manusia, yakni Rasulullah S.A.W. Itulah Fatimah Az-Zahrah,
puteri kesayangan Nabi Muhammad, serikandi berperibadi mulia. Dia sedar,
dirinya tidak punya apa-apa, untuk meminang puteri Rasulullah. Hanya usaha
dengan bekerja supaya dapat merealisasikan cintanya. Itulah Ali, sepupu baginda
sendiri. Sehingga beliau tersentap, mendengar perkhabaran bahawa sahabat mulia
nabi, Abu Bakar As-Siddiq, melamar Fatimah.”Allah mengujiku rupanya”, begitu
batin ’Ali. Ia merasa diuji kerana merasa apalah dia dibanding Abu Bakar.
Kedudukan
di sisi Nabi Abu Bakr lebih utama, mungkin dia bukan kerabat dekat Nabi seperti
’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di
ranjangnya.Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak
tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar;
’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela
Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud. Dan siapa
budak yang dibebaskan ’Ali?Dari segi kewangan, Abu Bakar sang saudagar,
insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.’Ali hanya pemuda miskin dari
keluarga miskin.”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku
mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas
cintaku.”Namun, sinar masih ada buatnya. Perkhabaran diterima bahawa pinangan
Abu Bakar ditolah baik oleh Nabi. Ini menaikkan semangat beliau untuk berusaha
mempersiapkan diri. Tapi, ujian itu bukan setakat disitu, kali ini perkhabaran
lain diterima olehnya. Umar Al-Khatab, seorang sahabat gagah perkasa,
menggerunkan musuh islam, dan dia pula cuba meminang Fatimah. Seorang lelaki
yang terang-terangan mengisytiharkan keislamannya, yang nyata membuatkan
muslimin dan muslimat ketika itu yang dilanda ketakutan oleh tentangan kafir
quraisy mula berani mendongak muka, seorang lelaki yang membuatkan syaitan
berlari ketakutan.Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga
datang melamar Fathimah. Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar,
aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar”. Betapa tinggi kedudukannya di sisi
Rasul, di sisi ayah Fathimah. Ali redha kerana dia tahu Umar lagi layak
darinya. Tetapi, sekali lagi peluang terbuka, tatkala perkhabaran diterimanya,
bahawa pinangan Umar juga ditolak. Bagaimanakah sebenarnya menantu pilihan
nabi, sedangkan dua sahabat baginda turut ditolak peminangannya?
Pada
suatu hari Abu Bakar As-Shiddiq r.a. Umar Ibnul Khatab r.a. dan Sa’ad bin
Mu’adz bersama-sama Rasul Allah s.a.w. duduk dalam masjid. Pada kesempatan itu
diperbincangkan antara lain persoalan puteri Rasul Allah s.a.w. Saat itu
baginda bertanya kepada Abu Bakar As-Shiddiq r.a “Apakah engkau bersedia
menyampaikan persoalan Fatimah itu kepada Ali bin Abi Thalib?”
Abu
Bakar As-Shiddiq menyatakan kesediaanya. Ia beranjak untuk menghubungi Ali r.a.
Sewaktu Ali r.a. melihat datangnya Abu Bakar As-Shiddiq r.a. dgn tergopoh-gopoh
dan terperanjat ia menyambutnya kemudian bertanya: “Anda datang membawa berita
apa?”
Setelah
duduk beristirahat sejenak Abu Bakar As-Shiddiq r.a. segera menjelaskan
persoalannya: “Hai Ali engkau adalah orang pertama yg beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya serta mempunyai keutamaan lebih dibanding dengan orang lain. Semua
sifat utama ada pada dirimu. Demikian pula engkau adalah kerabat Rasul Allah
s.a.w. Beberapa orang sahabat terkemuka telah menyampaikan lamaran kepada
baginda untuk mempersunting puteri beliau. Lamaran itu telah beliau semua tolak.
Beliau mengemukakan bahawa persoalan puterinya diserahkan kepada Allah s.w.t.
Akan tetapi hai Ali apa sebab hingga sekarang engkau belum pernah
menyebut-nyebut puteri beliau itu dan mengapa engkau tidak melamar untuk dirimu
sendiri? Kuharap semoga Allah dan RasulNya akan menahan puteri itu untukmu.”
Mendengar
perkataan Abu Bakar r.a. mata Saidina Ali r.a. berlinang air mata. Menanggapi
kata-kata itu, Ali r.a. berkata: “Hai Abu Bakar, anda telah membuatkan hatiku bergoncang yang
semulanya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi
Allah aku memang menghendaki Fatimah tetapi yang menjadi penghalang
satu-satunya bagiku ialah kerana aku tidak mempunyai apa-apa.”
Abu
Bakar r.a. terharu mendengar jawapan Ali itu. Untuk membesarkan dan menguatkan
hati Imam Ali r.a. Abu Bakar r.a. berkata: “Hai Ali, janganlah engkau berkata
seperti itu. Bagi Allah dan Rasul-Nya dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat
debu bertaburan belaka!”
Setelah
berlangsung dialog seperlunya Abu Bakar r.a. berhasil mendorong keberanian Imam
Ali r.a. untuk melamar puteri Rasul Allah s.a.w.
Beberapa
waktu kemudian Saidina Ali r.a. datang menghadap Rasul Allah s.a.w. yg ketika
itu sedang berada di tempat kediaman Ummu Salmah. Mendengar pintu diketuk
orang, Ummu Salmah bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: “Siapakah yg mengetuk
pintu?” Rasul Allah s.a.w. menjawab: “Bangunlah dan bukakan pintu baginya. Dia
orang yang dicintai Allah dan RasulNya dan ia pun mencintai Allah dan Rasul-Nya!”
Jawapan
Nabi Muhammad s.a.w. itu belum memuaskan Ummu Salmah r.a. Ia bertanya lagi: “Ya
tetapi siapakah dia itu?”
“Dia
saudaraku orang kesayanganku!” jawab Nabi Muhammad s.a.w.
Tercantum
dalam banyak riwayat bahawa Ummu Salmah di kemudian hari mengisahkan
pengalamannya sendiri mengenai kunjungan Saidina Ali r.a. kepada Nabi Muhammad
s.a.w. itu: “Aku berdiri cepat-cepat menuju ke pintu sampai kakiku
terantuk-antuk. Setelah pintu kubuka ternyata orang yang datang itu ialah Ali
bin Abi Thalib. Aku lalu kembali ke tempat semula. Ia masuk kemudian
mengucapkan salam dan dijawab oleh Rasul Allah s.a.w. Ia dipersilakan duduk di
depan beliau. Ali bin Abi Thalib menundukkan kepala seolah-olah mempunyai
maksud tetapi malu hendak mengutarakannya.
Rasul
Allah mendahului berkata: “Hai Ali nampaknya engkau mempunyai suatu keperluan.
Katakanlah apa yang ada dalam fikiranmu. Apa saja yang engkau perlukan akan kau
peroleh dariku!”
Mendengar
kata-kata Rasul Allah s.a.w. yang demikian itu lahirlah keberanian Ali bin Abi
Thalib untuk berkata: “Maafkanlah ya Rasul Allah. Anda tentu ingat bahawa anda
telah mengambil aku dari pakcikmu Abu Thalib dan makcikmu Fatimah binti Asad di
kala aku masih kanak-kanak dan belum mengerti apa-apa.
Sesungguhnya
Allah telah memberi hidayat kepadaku melalui anda juga. Dan anda ya Rasul Allah
adl tempat aku bernaung dan anda jugalah yang menjadi wasilahku di dunia dan
akhirat. Setelah Allah membesarkan diriku dan sekarang menjadi dewasa aku ingin
berumah tangga; hidup bersama seorang isteri. Sekarang aku datang menghadap
untuk melamar puteri anda Fatimah. Ya Rasul Allah apakah anda berkenan
menyetujui dan menikahkan diriku dengan Fatimah?”
Ummu
Salmah melanjutkan kisahnya: “Saat itu kulihat wajah Rasul Allah nampak
berseri-seri. Sambil tersenyum beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai
Ali apakah engkau mempunyai suatu bekal mas kahwin?” .
“Demi
Allah” jawab Ali bin Abi Thalib dengan terus terang “Anda sendiri mengetahui
bagaimana keadaanku tak ada sesuatu tentang diriku yg tidak anda ketahui. Aku
tidak mempunyai apa-apa selain sebuah baju besi sebilah pedang dan seekor
unta.”
“Tentang
pedangmu itu” kata Rasul Allah s.a.w. menanggapi jawapan Ali bin Abi Thalib
“engkau tetap memerlukannya untuk perjuangan di jalan Allah. Dan untamu itu
engkau juga perlu buat keperluan mengambil air bagi keluargamu dan juga engkau
memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh kerana itu aku hendak menikahkan
engkau hanya atas dasar mas kahwin sebuah baju besi saja. Aku puas menerima
barang itu dari tanganmu. Hai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah ‘Azza
wa*jalla sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku
menikahkan engkau di bumi!” Demikian riwayat yang diceritakan Ummu Salmah r.a.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran abu bakar dan ’Umar
juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi Ah, dua menantu
Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya
itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku
punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya
keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak
ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana
ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau
tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di
batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua
sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda
yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas
pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya
berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk
bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun
bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak
kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa
pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan
dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa
Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan
rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar
ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan
Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan
nanti-nanti.
Setelah
segala-galanya siap dengan perasaan puas dan hati gembira dgn disaksikan oleh
para sahabat Rasul Allah s.a.w. mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan
puterinya: “Bahwasanya Allah s.w.t. memerintahkan aku supaya menikahkan engkau
Fatimah atas dasar mas kahwin 400 dirham. Mudah-mudahan engkau dapat menerima
hal itu.”
“Ya Rasul Allah, itu kuterima dgn baik” jawab Ali bin Abi Thalib r.a. dalam
pernikahan itu.
Ali
adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan” Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para
pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung
jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia
mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang
kedua adalah keberanian. Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang
mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Cinta tak pernah
meminta untuk menanti. Seperti ’Ali.
Ia
mempersilakan Atau mengambil kesempatan.
Yang
pertama adalah pengorbanan.
Yang
kedua adalah keberanian.
Dan
ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Puteri Sang Nabi, dalam suatu
riwayat dikisahkan, bahwa suatu hari, Fathimah berkata kepada ‘Ali :“Maafkan
aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh
cinta pada seorang pemuda”‘Ali terkejut dan berkata, “Jikalau begitu, mengapakah
engkau mahu menikah denganku? Dan Siapakah pemuda itu”Sambil tersenyum Fathimah
berkata, “Ya, kerana pemuda
itu adalah Dirimu”
Ternyata
memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali
untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai
perasaan dengan Fatimah. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu
sampai saat nya tiba, sampai saatnya ijab Kabul disahkan. Walaupun Ali sudah
merasakan kekecewaan 2 kali keduluan orang lain, akhirnya kekecewaan itu
terbayar juga.
Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu
Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik
sahabatku semua yang dirahmati Allah.
Bila belum bersedia melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia
dalam diam …
Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya …
Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya …
Kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang
terlarang,
Kau tak mau merosak kesucian dan penjagaan hatinya..
Kau tak mau merosak kesucian dan penjagaan hatinya..
Karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu..
Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..
Karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
Karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH
swt pilihkan untukmu …
Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan Ali Yang keduanya saling memendam
apa yang mereka rasakan …
Tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ….
Karena dalam diammu tersimpan kekuatan …
kekuatan harapan …
Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga
cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata …
Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap
pada-Nya??
Dan jika memang ‘Cinta Dalam Diammu’ itu tak memiliki kesempatan
untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam …
Jika dia memang bukan milikmu, Allah, melalui waktu akan menghapus
‘Cinta Dalam Diammu’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang
yang tepat …
Biarkan ’Cinta Dalam Diammu’ itu menjadi memori
tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahsia antara kau dengan Sang Pemilik
hatimu …
Cintailah ia dalam diam, dari kejauhan, dengan kesederhanaan dan
keikhlasan…
Ketika cinta kini hadir tidaklah untuk Yang Maha Mengetahui saat secercah
rasa tidak lagi tercipta untuk Yang Maha Pencipta izinkanlah hati bertanya
untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba…mungkinkah dengan ridha-Nya atau hanya
mengundang murka-Nya…
Jika benar cinta itu karena Allah maka biarkanlah ia mengalir mengikuti
aliran Allah karena hakikatnya ia berhulu dari Allahmaka ia pun berhilir hanya
kepada Allah..
” Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah .” (QS. Adz
Dzariyat:49)
” Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha
luas(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ” (QS. An Nuur: 32)
” Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (QS. Ar-Ruum:21)
Tapi jika memang kelemahan masih
nyata dipelupuk mata maka bersabarlah… berdo’alah… berpuasalah…
” Wahai kaum pemuda, siapa saja
diantara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka menikahlah, sesungguhnya
menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah,
berpuasalah, karena ssungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya ” (Hadist) “
” Dan janganlah kamu mendekati
zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan
yang buruk. “ (QS. Al Israa’ :32)
Cukup cintai ia dalam diam…
bukan karena membenci hadirnya.. .tapi menjaga kesuciannya bukan karena
menghindari dunia… tapi meraih surga-Nya bukan karena lemah untuk
menghadapinya.. .tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan
menyelusup..
Cukup cintai ia dari kejauhan…
karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaan karena hadirmu
hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan karena hadirmu mungkin saja akan
membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga…
Cukup cintai ia dengan kesederhanaan…
memupuknya hanya akan menambah penderitaan menumbuhkan harapan hanya akan
mengundang kekecewaan mengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan
para syaitan…
Maka cintailah ia dengan keikhlasan…
karena tentu kisah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib diingini oleh hati… tapi
sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi…?
“…boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ” (QS. AlBaqarah:216) “
” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang
mulia (surga)” (QS.An Nuur:26) “
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan
keikhlasan…
karena tiada yang tahu rencana Tuhan… mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan… serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya…
karena tiada yang tahu rencana Tuhan… mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan… serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya…
” Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan
terjaga. ” (Umar bin Khattab ra.)
sahabatku yg dirahmati Allah.
Kamu
tahu kamu jatuh cinta dalam diam bila..
Saat
kamu terpandang si dia hati kamu rasa tersentuh. Sesuatu yang kamu tak rasa
bila pandang orang lain. Mungkin pada wajahnya kamu nampak sesuatu yang kamu
cari selama ini.
Saat kamu memandang si dia kamu rasa sebenarnya tak nak pandang tempat lain dah tapi tak boleh pandang si dia lama-lama takut terkantoi. hiuhiuhiu..
Saat kamu memandang si dia kamu rasa sebenarnya tak nak pandang tempat lain dah tapi tak boleh pandang si dia lama-lama takut terkantoi. hiuhiuhiu..
Saat
kamu berada dengan dia kamu ada perasaan yang selesa bila si dia ada
berdekatan. Rasa macam, please stay, don’t go.
Saat dia
berada dengan kamu, kamu hargai setiap saat yang dapat kamu luangkan dengan dia
walaupun si dia tak tahu dalam diam kamu ada perasaan terhadapnya.
Saat dia
memanggil nama kamu, kamu rasa terkedu sebentar.
Saat dia
ketawa, kamu tersenyum sendirian betapa kamu suka dengar gelak tawanya.
Saat mendengar suaranya sahaja mampu membuatkan kamu tersenyum. Eleh suka lah tu sebenarnya kan?
Saat mendengar suaranya sahaja mampu membuatkan kamu tersenyum. Eleh suka lah tu sebenarnya kan?
Saat
kamu melihat wajahnya suram, gusar,risau, kamu rasa macam nak aje pergi padanya
tanya dia ok to tdk. Tapi kamu tak mampu. Kamu hanya mampu berharap dia okey.
Saat kamu tidak dapat melihat dia, kamu rasa tak keruan. Rindu semuanya tentang dia.
Saat kamu tidak dapat melihat dia, kamu rasa tak keruan. Rindu semuanya tentang dia.
Saat
kamu tahu kamu tidak begitu rapat dengannya tetapi kamu ada perasaan sayang
padanya.
Saat kamu ingin mengetahui tentangnya, kamu stalk hampir semua benda yang kamu boleh stalk tentang dia. Kalau boleh semua benda tentang dia kamu nak tahu. Lepas kamu tahu banyak tentang dia, kamu berlagak seperti tidak tahu apa-apa tentang dia padahal kamu mengagumi dirinya.
Saat kamu ingin mengetahui tentangnya, kamu stalk hampir semua benda yang kamu boleh stalk tentang dia. Kalau boleh semua benda tentang dia kamu nak tahu. Lepas kamu tahu banyak tentang dia, kamu berlagak seperti tidak tahu apa-apa tentang dia padahal kamu mengagumi dirinya.
Saat
kamu tertanya-tanya ada sesiapakah dihatinya? Mungkinkah ada ruang dihatinya
untukmu? Mungkinkah?
Saat kamu memandangnya kamu melihat dia mempunyai ciri-ciri untuk menjadi isterimu dan ibu kepada bakal anak-anakmu (jika kamu lelaki dan begitulah sebaliknya jika kamu perempuan)
Kamu selalu teragak-agak untuk meluahkan
isi hati kamu. Jika kamu lelaki, mungkin kamu risau jika perasaanmu ditolak.
Jika kamu perempuan mungkin kamu malu giler untuk memulakan langkah
pertama.Yelah, sebab macam perigi cari timba kan orang kata.
Kamu risau jika kamu tidak layak
untuknya. Kamu mau mendekatinya tetapi kamu seolah kaku apakah terlalu awal
untuk memulakan?
Kamu bagitahu semua rakan yang rapat
denganmu dan ahli keluarga kamu siapa yang ada dalam hati kamu tetapi kamu
tiada keberanian untuk meluahkan isi hati kamu pada si dia.
dan yang
paling mendekati kebenaran adalah ;
Kamu tahu
kamu jatuh cinta dalam diam bila membaca entri ni, ada seseorang terlintas di
fikiran kamu.
sahabatku yang dirahmati Allah,
Menunggu
dicintai sebelum dicintai tanda tidak adanya cinta, Karena cinta yang
paling indah adalah cinta yang tidak bersyarat,
Cinta
yang paling indah tidak bisa dijelasakan,
Keindahan
cinta hanya seindah hati yang mencintai,
Sehingga
jika kita bicara tentang belahan jiwa,
Tidak
ada belahan jiwamu yang indah, jika bukan Anda yang mengindahkannya.
begitulah motivator ternama mario teguh menjelaskan tentang true love.
Karena hukumnya adalah…
Wanita
yang baik untuk laki-laki yang baik, dan sebaliknya
Maka …
Apabila
kita ingin mendapatkan jodoh,
Perlakukan
dia sebagai jodoh yang terbaik,
Sehingga
kita dihadiahkan oleh Tuhan…
Siapapun
jodoh kita betul-betul menjadi belahan jiwa.
Bukan
jodoh yang kita tunggu jadi dan sempurna, tapi siapapun yang kita hadapi kita
jadikan jodoh.
Siapapun
yang Anda diberitahu oleh Tuhan melalui rasa cinta, jadikan dia yang terbaik.
“Jangan
pernah Anda memutuskan hubungan, jika Anda masih ragu apakah Anda terbaik
untuknya.”
Jika
tidak ada sinergi positif itu bukan cinta…
Karena
cinta menjadikan kebersamaan Anda sesuatu yang menghebatkan.
Cinta
sejati tidak pernah terpisah,
Cinta
adalah penyeimbang.
Tidak
ada orang lebih tinggi atau rendah dihadapan cinta….
Maka
berdirilah gagah muliakan wanita Anda….
Wanita
hanya punya satu keinginan….
Jadikanlah
aku satu-satunya milikmu…
Dan aku
akan menjadi milikmu selamanya…
Itulah
cinta sejati…
sahabatku
yang terhebat ;
Karena
diam ini ingin memuliakan kesucian diri dan hatimu……
Menghindarkan
dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu, Cukuplah mencintai mu
dari jauh,
karena
hadirmu mungkin tidak akan mampu menjauhkannya dari cobaan yang hadir, karena
hadirmu mungkin hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan, karena hadirmu jua
mungkin saja akan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga.
Cukup
cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan…karena
tiada yang tahu rencana Tuhan… mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk
atau membeku dengan perlahan karena hati ini begitu mudah untuk
dibolak-balikan… serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada
Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan
itu datang pada waktunya. cukuplah Allah yang tahu, karena didalam diam aku
mencintaimu..
Haruskah kau tahu jika aku mencintaimu?
KU RASA TIDAK!
Karena cinta itu tak bisa terungkap agar bisa terlihat.. .
Ia hanya bisa dirasa dalam hati. . .
Bukan aku tak berani mengurai,
Tapi aku takut salah dalam menempatkannya. . .
Karena apa yang menurutku baik,belum tentu baikmenurut-Nya. . .
Aku ingin yang terbaik untuk Robb ku. . .
Sebenarnya. . .
Acuhku bukan berarti mengabaikanmu. . .
Diamku bukan berarti tak mengingatmu. . .
Karena aku pun insan biasa.
Ada perasaan.. .
Ada keinginan. . .
Ada harapan. . .
Namun aku merasa diri belum pantas untuk itu. . .
Biar rasa ini tercipta,
Kusimpan disudut hati. . .
Hanya Alloh saja yang tahu,
Ku terbangkan sayap angan ke angkasa disertaitadahan tangan,
Agar nafsu tak menyeretku inginkan cinta,
akan kucari namamu di sepertiga malamku. . .
Aku harap kaulah yang tertulis di Lauhul Mahfudzuntukku. . .
Jikapun bukan. . .
Aku percaya takdir-Nya adalah yang Terbaik.
kutitipkan CINTA ini padaNya
karena HATI ini milikNya
wallahu a’lam
Cinta
sejati tidak memusnahkan atau merosakkan diri kekasih yang dicintai. Malah ia
menjaga agar kekasih tetap suci dan selamat sebagaimana sucinya cinta itu
sendiri.
subhanallah.
Dikala cinta menyapa..
Dunia begitu indah berwarna..
Bunga-bunga di hati bersemi..
Harum mewangi bagaikan kasturi..
Walaupun cinta tak berwujud…
Namun ia menguasai hidup..
Tatkala hati tersentuh cinta…
Walaupun cinta itu tak berwarna nyata…
Tetapi ia membekas biru di kalbu …
Wahai Sang Maha Pencipta cinta…
Indahnya cinta adalah kurniaanMu..
Ajari kami hamba-hambaMu rasa bersyukur atas segala kurniaMu..
Ajari kami bahasa cintaMu yang ikhlas…
Ajari kami memaknai cintaMu yang damai dan penuh kasih agar bersemi di
sepanjang musim tanpa pupus..
Ya Allah, Teguhkanlah hati kami untuk mencintaiMu dan mencintai Rasul-Mu di
atas segala cinta…
Ya Allah karniakanlah kepada kami cinta hanya mengharapkan redhaMu
“Kamu
tahu kamu jatuh cinta dalam diam bila membaca entri ni, ada seseorang terlintas
di fikiran kamu.”
semoga bermanfaat.
disarikan dari
berbagai sumber
0 Response to "MENGGAPAI RIDHO ILAHI"
Posting Komentar