Terima kasih Bunda...
Dari
Anita di Jawa Barat
Assalamu
‘alaikum Wr. Wb
Pendengar Nurani yang budiman
Bagi pendapat sebahagian orang mungkin caraku mendapatkan
jodoh dan awal perjumpaanku dengan Suamiku ini sangatlah unik, bahkan bagi
sebahagian lainnya terlalu gimanaaa gitu.
Pendengar
Nurani yang budiman
Alhamdulillah pernikahanku sudah terjalin sejak 2 Tahun
silam, dan saat ini aku tengah hamil 4 bulan. Inilah kisahku :
Pendengar..,
Rumahku terletak dan diapit diantara 2 tempat yang sering ramai dikunjungi
orang, yakni sebelah kanan Rumahku ada Mesjid yang selalu ramai dikunjungi
Jama’ahnya dan sebelah kiriku terdapat SPBU (Pertamina) yang juga tak kala
ramainya dikunjungi oleh para pengguna kenderaan bermotor, begitulah.., dapat
kugambarkan bahwa rumahku dalam kondisi lingkungan yang Ramai. Dari kecil
hingga beranjak remaja aku telah terbiasa dalam lingkungan tersebut, aku bahkan
telah mengenal segalanya dengan baik, saking dekatnya aku dengan lingkungan dan
tetangga2ku, karyawan2 SPBU dan pengurus masjid itupun sangat kukenal satu
persatu.
Pendengar Nurani yang baik
Alhamdulillah 5 tahun silam aku diperkenalkan dakwah
Ahlussunnah oleh teman kampusku, meskipun jalan meraih hidayah itu tidak lah
mudah kuraih, namun sebuah kesyukuran buatku karena dakwah yang dulunya
ditentang oleh keluargaku itu, kini telah terterima dengan baik, dan itu semua
kurasakan seperti anugerah terindah bagi ku, apalagi keluarga besarku kukenal
betul sangat perfec dengan segala hal, termasuk dalam memilih majelis2 ilmu.
Sebagai anak pertama dari 2 bersaudara, tentu ada banyak harapan besar dalam
diri ortuku sebagaimana kebanyakan orang tua, dulu sebelum sampai dakwah itu
kemereka, aku begitu dipaksa untuk menjadi seorang wanita karir, yaa minimal
PNSlah, dulu bahkan karena rayuan tanteku yang sudah 15 tahun tinggal
dijakarta, beliau membujuk mamaku untuk mengizinkan aku tinggal bersamanya,
menurut beliau wajahku sangat mendukung untuk menjadi orang terkenal dijagat
hmamaran, tetapi Alhamdulillah hal itu tidak langsung di ACC oleh mamaku dengan
alas an bahwa kami hanya tinggal bertiga dirumah, hanya aku, adikku dan mamaku,
qadarallah, ayahku yang seorang pensiunan TNI menutup usianya 2 tahun silam,
sementara mamaku adalah pensiunan PNS di DIKNAS, begitulah kondisi keluargaku
saat ini, jujur meskipun telah sampai dakwah it kepada mamaku, namun harapan
beliau sangat besar untuk melihatku dipinang oleh lelaki mapan yang selevel
dengan keluargaku, apalagi seperti keluarga pada umumnya terlihat jelas
kesannya bahwa ada persaingan ditengah2 keluargaku, khususnya persaingan dalam
hal finansial, betapa tidak, setahun yang lalu sepupuku peremmpuan dinikahi
oleh dosen salah satu perguruan tinggi dibandung, sementara adik sepupuku
sebelah papa 8 bulan yang lalu dinikahi oleh salah seorang karyawan Bank Swasta
yang memiliki kedudukan strategis di tempat kerjanya, semntara 3 bulan setelah
itu sepupuku laki-laki, anak dari saudara tertua mama menikahi seorang gadis
anak seorang pejabat daerah dibanten dengan sangat meriah dan biaya nikah yang
tidak sedikit, demikianlah, meskipun hanya tersirat dari wajah mamaku,
kurasakan betul bahwa beliau sangat mengharapkan agar kelak aku dan adiku
mengikuti jejak-jejak mereka. Diperistri oleh lelaki-lelaki mapan, memiliki
masa depan cerah dan sekufu dengan keluargaku. Jujur, aku sendiri sepakat
dengan harapan mama itu, siapa yang tidak ingin diperisitri oleh lelaki mapan?,
tetapi sebagai muslimah yang telah mengenal dakwah, secara pribadi aku
telah menmpatkan kriteria “Mapan” itu pada urutan kesekian, bagiku yang penting
akhlaknya baik dan insyaaAllah bias menjadi imamku dunia-akhirat, insyaaAllah
aku ikhlas, intinya aku tidak mematok kriteria pria yang insyaaAllah kelak
menjadi pendamping hidupku, dan untuk semua itu, aku selalu memberi pengertian
kepada mama, aku yakin, mama pasti memahaminya meskipun harus melalui proses
yang panjang.
Pendengar Nurani yang baik
Sebuah kesyukuran juga buatku, bahwa selama ini metode
dakwahku mudah diterima oleh mama, maklum sejak kecil aku sudah terbiasa dengan
beliau, terasa betul sejak kecil, beliau tidak hanya seperti orang tua bagiku,
tetapi kadang pula beliau sering memposisikan dirinya seperti seorang sahabat,
sehingga sekecil apapun masalahku pasti aku sampaikan kebeliau dalam bentuk
curhat-curhat, bahkan 3 tahun belakangan ini, dengan Alasan kasian denganku
karena sering bepergian tanpa mahrom, beliaau menawariku agar teman-teman
tarbiyahku mau menjadikan rumahku sebagai tempat tarbiyah tetap, bahkan tak
jarang atas permintaannya, beliau yang mengadakan konsumsinya. Aku sangat
senang dmamaatnya, dan moment itu pula yang sering aku manfaatkan untuk
memasukan dakwah-dakwah kebeliau, Alhamdulillah usaha-usaha itupun tidak sia2,
sebab sejak saat itu, mama juga sudah mulai menggunakan jilbab panjang,
mengikuti sedikit2 kajian-kajianku dll, hingga suatu saat dimana kami sedang
makan malam, dengan sedikit candaanya beliau bertanya padaku :
“Nak, sepertinya sudah saatnya kau menikah, usiamu sudah
24 tahun, apa kau sudah mulai memikirkan hal itu?”
Dengan senyum aku menjawab pertanyaan itu “InsyaaAllah
bu.., soal itu nandapun sudah mulai memikirkannya, tetapi sebagai seorang
wanita tentu nanda hanya menanti datangnya sang pangeran pujaan hati yang
hendak meminang nanda…” ujarku.
“apa
kau punya kriteria lelaki idamanmu nak?” Tanya mamaku lagi
“hmm,
sebetulnya ada bu, dan kriteria itupun mungkin seperti apa yang ada dalam
bayangan mama, tetapi bagi nanda, nanda tidak terlalu mematok kriteria khusus
pada lelaki yang dating melamar nanda, yang penting agamanya bagus bu,
insyaaAllah nanda siap menerimanya” jawabku perlahan.
“iyya
nak, mama faham, bagi mama sih terserah kau saja, kau kan yang menjalani
pernikahan itu…, oh ya, apa kau sudah punya pilihany hati?, bila sudah ada,
insyaaAllah mama yang akan pergi melamarkan dia untukmu, bukankah hal itu tidak
dilarang dalam agama?” ujar mamaku dengan senyumnya, mendengar hal itu aku
cukup kaget dmamaatnya, aku sendiri tidak menyangka bahwa tingkat keihlasan
mama dalam menerima siapapun pilihan hatiku sudah sejauh itu, Alhamdulillah..
“Subhanallah…,
nanda senang dan terharu mendengarnya bu, terima kasih, tetapi.., untuk
sementara ini nanda belum punya pilihan hati, sebab hingga saat ini nanda belum
pernah mengenal lelaki manapun, dan nandapun selama ini sangat menutup
jalan-jalan fitnah itu hingga saatnya tiba..” jawabku dengan mata berkaca-kaca.
“yaa..udah..,
kalau gitu bila saatnya tiba, kau ceritakan saja sama mama, insyaaAllah kita
akan cari bersama jalan keluarnya, yaa nak..??” sela mamaku menimpali
jawabanku.
“iyya
bu, syukran sebelumnya..”
Pendengar
Nurani yang baik
Perjalan waktu membawaku pada suatu kondisi yang tidak
kuduga-duga, betapa tidak pintu hatiku yang telah lama tertutup rapat untuk
fitnah itu, akhirnya terusik pula, fikiran dan perasaanku itu mulai terusik
manakala 3 bulan setelah terjadi dialog antara aku dan mama tempo hari
tentang jodohku, hatiku mulai terusik dengan hadirnya seorang
ikhwah karyawan baru di SPBU disamping rumahku, tetapi fitnah itu hanya sebatas
mengagumi ketawadhuannya dan kegigihan beliau dalam menjalani hidup ini,
kusaksikan setiap harinya beliau naik sepeda dari rumahnya ke tempat kerjanya
dengan mendendarai sepeda butut, beberapa kali pula kuperhatikan dari jarak
jauh dan tersembunyi cara beliau melayani konsumen pria dan wanita juga sangat
berbeda, betul-betul sangat menjaga pandangannya, bahkan bila beliau tugas sift
pagi, sering aku melihat beliau tidak pernah lepas dari sholat dhuhanya, beliau
juga beberapa kali kupergoki memuroja’ah hafalannya saat konsumen sepi,
kusaksikan pula bahwa tas butut yang tergantung disepeda bututnya itu berisi
pakaian gantinya saat sholat tiba, entahlah, mungkin diri ini yang jarang
bertemu dan memperhatikan tingkah laku para ikhwah kebanyakan, sehingga tidak
terlalu faham kelebihan dan kekurangan mereka, tetapi secara pribadi aku
sendiri menganggap bahwa ikhwah ini begitu istimewa. Itulah kejadian aneh
menimpa hatiku, tetapi meskipun hanya sebatas mengagumi dari jarak jauh, namun
aku harus mencari solusi dari penyakit hati tersebut. Pendengar, tanpa kusadari
gelagat anehku ini diperhatikan pula oleh mamaku, sehingga tanpa
sepengetahuanku pula beliau mulai terusik mencari tahu identitas asli sang
ikhwah tersebut, dan entah menyewa intelejen mana, akhirnya semua data2 tetang
ikhwah itu telah ada dalam genggaman mamaku, kuketahui dari investigasi mama
bahwa ikhwah itu bernama Muhammad Fachry, beliau adalah anak yatim piatu yg
kini tinggal bersama 2 orang adiknya, sekaligus menjadi tulang punggung
bagi keduanya, kuketahui pula bahwa beliau adalah Alumni Fakultas Hukum dari sebuah
Perguruan Tinggi, hanya saja termasuk sarjana yang kurang beruntung karena saat
ini akhirnya hanyalah menjadi karyawan biasa di Pertamina. Pendengar, kuakui
setelah kudengar informasi tersebut dari mama, tidak menyurutkan simpatiku
kepada beliau, bahkan ketika mama mengagetkan aku dalam lamunan sesaatku :
“bagaimana nak?, apakah kau menyukainya?” ujar mamaku, aku
sendiri cukup kaget dengan hal itu.
“hmm,
menurut mama sendiri bagaimana?, apa mama tidak keberatan bila ternyata nanda
menyukai ikhwah ini?” tukasku perlahan
“kan
mama sudah bilang, mama terserah saja pilahnmu, selama itu baik buatmu dan
dapat membuatmu bahagia, kenapa tidak?, lagi pula kau sendiri yang akan
menjalani biduk rumah tangga itu setelahnya, mama juga merasa kau sudah cukup
dewasa untuk menentukan mana yang baik dan buruk untukmu, apalagi dalam meilih
pasangan hidup..” jawab mamaku dengan pasti.
“Subhanallah…,
syukran bu…, Alhamdulillah mama memahami saya, insyaaAllah kalau memang ikhwah
tersebut belum menikah dan siap menerima nanda apa adanya, insyaaAllah nandapun
siap menerima beliau apa adanya..” ujarku dengan mata berkaca-kaca.
“baiklah
nah, insyaaAllah besok siang saat beliau istirahat siang, mama akan undang
beliau kerumah, kau sediakan saja hijabnya, insyaaAllah mama akan meminta beliau
dating besok bersama salah satu adiknya..” jawab mamaku dengan kata-kata
lembutnya yang membuatku semakin menitikkan air mata.
Pendengar
Nurani yang baik
Begitulah, dengan konsep syar’I yang telah kusetting,
besok siangnya sang ikhwah datag bersama kedua adiknya, entahlah, aku tidak
tahu bagaimana perasaan beliau saat itu, yang pasti aku pribadi tidak dapat
menggambarkan kondisi perasaanku, semuanya berbaur menjadi satu, cemas,
bahagia, mulai berkecamuk dalam hatiku, siang itu sang ikhwah duduk diruang
tamu dan aku, mama dan adikku duduk dibalik hijab yang sudah kusediakan
sebelumnya, sesaat suasananya hening, hingga akhirnya :
“Bismillah, Assalamu ‘alaykum, afwan nak fachry, tante
sengaja mengundang nak fachry karena ada beberapa hal yang ingin tante tanyakan,
ini perihal nak fachry..” ujar mamaku membuka keheningan suasana saat itu.
“Wa’alaikumussalam,
iya tante silahkan, sekiranya ada yang bias saya bantu, tafadhal…” jawab
fachrih lirih
“Thayyib,
begini nak, sebetulnya maksud tante mengundang nak fachry kesini sekedar ingin
tahu beberapa hal..” ujar mamaku terputus.
“iya,
silahkan bu, kalau itu sifatnya membantu insyaaAllah saya bias laksanakan..”
jawab fachry lagi
“Nak
fachry selain kerja disini, kerja apa lagi..?” Tanya mamaku melontarkan
pertanyaan pertama.
“Alhamdulillah,
untuk saat ini kalau pagi sampai jam 2 siang saya kerja di sini tante, sepulang
dari kerja saya ada warung makan kecil-kecilan dirumah, biasanya buka malam
sebab dikompleks saya ramainya baru sora sampai malamnya, maklum tante masing-masing
smamak dengan pekerjaannya.” Jawab fachry
“Trus
keluargamu masih ada?, maksud tante keluarga dari bapak dan mamamu?” Tanya
mamaku lagi
“eee,
Alhamdulillah masih ada tante, tapi di Sulawesi, kebetulan sudah 6 tahun saya
tinggal disini, sementara kedua adik saya baru 2 tahun lalu tinggal bersama
saya, mereka sekolah disini, sebelumnya mereka tinggal dengan nenek
dikampung..” jawab fachry
“antum
sudah berkeluarga nak?, maksud tante sudah menikah..” Tanya mamaku lagi,
beberapa saat suasana menjadi hening, fachri terdiam saat mendengar pertanyaan
mamaku, hingga beberapa menit kemudian.
“Ee,
saya belum menikah tante, maklum saat ini ada 2 orang adik saya yang
diamanahkan oleh kedua orang tua saya saat ini, jadi untuk menikahpun belum
terfikirkan.”jawab fachry
“Apa
hanya itu saja alasanmu mengapa hingga saat ini belum menikah nak?” Tanya
mamaku lagi, mendengar alotnya dialog itu keringat dinginku mulai bercururan.
“Emm,
sebenarnya dengan usia yang sudah memasuki 27 tahun ini sebetulnya telah ada
keinginan menikah dalam hati saya tante, tetapi saya tidak mau egois
dengan rasa dan keinginan itu tante, saya khawatir jangan sampai pernikahan itu
tidak akan memberi kebahagian buat saya dan keluarga saya, saya juga
khawatir jangan samapi kelak ketika saya memberi kebahagiaan dan perhatian
kepada kedua adik saya membuat saya lalai dari membahagiakan dan memperhatikan
istri saya, begitu juga sebaliknya saya khawatir jangan sampai perhatian dan
kebahagiaan yang saya berikan kepada istri saya membuat saya lalai dari
memperhatikan kedua adik saya, apalagi saat ini dari sisi finansial kehidupan
kami masih sangat pas-pasan tante, jadi untuk sementara ini niat untuk menikah
itu dipendam dulu, insyaaAllah sampai tiba waktunya, mohon doanya tante..”ujar
fachry menjelaskan. Sejenak suasana kembali hening
“O
begitu ya nak, hmm, bagaimana kalau dalam kondisi keluargamu yang demikian ada
seorang akhwat yang bersedia menjadi istrimu dan siap menerimamu apa adanya…”
tukas mamaku memecah suasana.
“Eee,
eee, hmmmm, sebenarnya bila adapun akhwat yang mau menerima saya dan keluarga
saya apa adanya, terus terang rasa cemas itu tetap masih akan terus
menghinggapi perasaan saya tante, sebab mungkin saat ini akhwat itu menerima
saya dengan dalih memahami kondisi saya apa adanya, tetapi bagaimana bila
setelah menikah nanti dan dia mendapati masih ada banyak kekurangan saya,
tentunya itu akan menjadi polemic bagi rumah tangga saya, apalagi bila akhwat
itu tidak sekufu dengan saya, Persoalan menikah itu memang mudah tante, tetapi
juga tidak sesederhana itu, saya rasa tante lebih memahaminya, afwan..!!” jawab
fachry lirih, mendengar jawaban itu perasaanku semakin tidak menentu, aku
mengira bahwa semua ikhwah itu begitu ditawari menikah dengan dalih bahwa
akhwat dan keluarganya mau menerima apa adanya mereka akan langsung menerima,
tetapi ternyata tidak bagi ikhwah ini.
“thayyib
nak, tante memahami maksudmu, dan afwan juga sebelumnya bila tante terlalu
berlebihan menanyakan banyak hal padamu, sebenarnya maksud dari semua ini
hanyalah…, eeee, hanyalah..”ujar mamaku terbata-bata
“hanya
apa tante..??, insyaaAllah apapun yang terjadi siang ini, baik ataupun buruk
hal tersebut bagi saya maupun keluarga tante, insyaaAllah saya bias
merahasiakannya, dan tante insyaaAllah bias pegang kata-kata saya, silahkan
dilanjutkan tante.., hanyala apa?” jawab fachry menyela
“iya
nak fahry, sebetulnya tante dan keluarga tante saat ini dalam posisi yang tidak
enak, tetapi tante berharap ini tidak berlebihan bagimu dan tidak membuatmu
menjadikan rendah keluarga tante, tante juga berdoa semoga bila langkah tante
dan keluarga ini salah, semoga Allah mengampuni kami sekeluarga..”ujar mamaku
“aamiin,
insyaaAllah tante..”jawab fahcry perlahan
“begini
nak, sebetulnya akhwat yang tante maksudkan tadi, yang insyaaAllah siap menerimamu
apa adanya itu adalah ANITA putri sulung tante, beliau saat ini mahasiswa
semester akhir di sebuah Universitas negeri fakultas Sospol, beliau saat ini
sudah berusia 24 tahun dan untuk mengindarkan beliau dari fitnah maka sebagai
orang tua tunggal saat ini dari anita, tante berinisiatif mencarikan beliau
pendamping hidupnya, yang insyaaAllah bersedia menjadi pelindungnya kelak, dan
bias menjadi imam baginya dan anak-anaknya kelak, jujur sengaja tante memilihmu
karena dimata tante nak fachry insyaaAllah calon suami yang bertanggung jawab
dan bias diandalkan dalam keluagra nanti, tante harap nak fachry tidak
memandang hal ini terlalu berlebihan, afwan..!!” tutur mamaku dengan nada
kemamaaannya
“MasyaaAllah,
subhanallah…, sunggu beruntungnya ukhti anita memiliki orang tua seperti tante,
orang tua yang tidak hanya melahirkan dan membesarkan anaknya, tetapi orang tua
yang juga sekaligus mencari pasangan hidup buat putrinya, saya terharu
mendengarnya tante, insyaaAllah hal ini tidak akan membuat keluarga tante
rendah dimata saya, justru saya merasa bahwa hal ini adalah sesuatu yang sangat
luar biasa yang justru dimata saya memandang keluarga tante lebih istimewa,
tetapi afwan, saya hanya ingin sebelum pembicaraan ini kita lanjutkan,
sebaiknya tante dan ukhti anita berfikir sekali lagi, jangan sampai kelak aka
nada penyesalan dalam keluarga tante, afwan sebelumnya” jawab fachri dengan
bijaknya
“syukran
nak, tante senang mendengarnya, sebetulnya dari pihak tante sudah matang dengan
keputusan ini, mungkin nak fachry lah yang harus memikirkan hal ini, bila nak
fachry bersedia menikah dengan putri tante, insyaaAllah beberapa hari kedepan
kita akab membicarakan segala sesuatunya…”ujar mamaku lagi
“MasyaaAllah,
jujur saya sangat tersanjung dan terharu dengan hal ini tante, tetapi terus
terang saya masih bimbang dengan semua ini, saya bukan bermaksud angkuh atau so
jual mahal dalam hal ini, sebab saya sadari siapa saya, tetapi sadarkah tante
bahwa kita tidak sekufu?, apa jadinya pandangan orang tetang saya, pasti mereka
akan memandang saya hina karena memperistri wanita dari kalangan orang
terhormat sementara saya hanya jelata biasa, belum lagi omongan dari keluarga
besar tante menanggapi pernikahan ini, apa hal ini luput dari pertimbangan
tante?, afwan..!!” jawab facry lirih
“insyaaAllah
hal itu tidak akan luput dari pertimbangan tante, dan pertimbangan ini telah
tante lakukan jauh sebelum tante mengundangmu kesini…” tukas mamaku
“afwan,
tetapi saya memiliki banyak kekurangan dari sisi finansial tante, saya juga
hanya pekerja biasa dengan upah seadanya, mohon ini pula jadi pertimbangan
tante dan ukhti anita..” ujar fachry lagi
“iya
nak, afwan sebelumnya, dengan tidak bermaksud merendahkanmu dan keluarga
besarmu, kalau kau tidak keberatan kami akan menerima maharmu apa adanya sesuai
dengan kesanggupanmu, dan untuk menjaga kehormatanmu di hadapan keluarga tante
nanti saat pelamaran, kau sanggupi saja berapa besar permintaan uang nikahnya
mereka, insyaaAllah segala kekurangannya tante yang akan tambahkan, dan
tambahan itu bukan uang tante tetapi nanti akan jadi uangmu sebab tante akan
hadiahkan dana kekurangan itu untukmu, afwan, sekali lagi tante tidak bermaksud
merendahkanmu nak..” ujar mamaku dengan argument2 bijaknya
“Alhamdulillah,
saya sangat menghargai budi baik tante, tetapi tidakkah ini akan menjadi
polemic dalam keluarga saya kelak??, saya cemas bila nanti terjadi sesuatu
dalam keluarga saya dan hal ini akan diungkit-ungkit oleh pihak keluarga tante,
sebab saya menikah putri tante dengan dana dari keluarga tante sendiri, mohon
dipertimbangkan lagi tante, afwan..!!” ujar facry lagi
“iya
nak, tante sudah memprediksi pendapatmu tentang hal ini, tetapi insyaaAllah hal
itu tidak akan terjadi, sebab tante ihlas melakukannya, tante hanya berharap
bahwa nak fachry dapat menjadi suami yang bertanggung jawab buat kelaurga nak
fachry nanti, adapun soal kehidupan setelahnya insyaaAllah tante akan pinjamkan
nak fachry sejumlah dana untuk dimanafaatkan sebagai modal usaha, dan ank
fachry bias kembalikan kapan saja bila telah mampu mengembalikannya…” ujar
mamaku lagi, suasana saat itu kembali menjadi hening, kudengar dari balik hijab
fachry menghela nafasnya dalam-dalam
“Afwan
tante, bila itu benar adanya, saya hanya meminta satu hal dari tante dan ukhti
anita, sekiranya bila pernikahan ini terjadi, saya ingin ada kesepakatan bahwa
apapun yang sifatnya pemberian dan hadiah-hadiah istimewa buat saya tidak akan
melemahkan fungsi saya sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga saya nanti,
artinya saya tidak mau disetir oleh pihak manapun dalam rumah tangga saya
kecuali bila saya tengah dalam kondisi yang khilaf dan perlu diluruskan,
selebihnya saya ingin agar rumah tangga saya berjalan dengan normal sebagaimana
rumah tangga lainnya, dimana suami adalah kepala keluarga dan istri mengikuti suaminya
selama suaminya tidak menyuruhnya untuk bermaksiat kepada Allah..” jawab fachry
lagi
“InsyaaAllah
nak, insyaaAllah semua akan seperti itu, dan bila pernikahan ini terjadi,
lupakanlah semua tentang hal ini, jalanilah rumah tangga kalian dengan
damai, tante hanya akan mendoakan saja dari jauh..” jawab mamaku pasti
Pendengar
Nurani yang budiman
Itulah dialog panjang antara fachry dan mamaku yang juga
dihadiri oleh aku dan adikku dari pihak keluargaku, dan turut pula
disaksikan oleh kedua adiknya fachry, dan Alhamdulillah segalanya berjalan
lancer, dengan izin Allah segalanya berjalan denagn mudah, mungkin ini adalah
jawaban dari doa-doaku selama ini, hingga akhirnya pertemuan anatara keluarga
besarku dan fachry ditemani oleh beberapa ikhwah sahabatnya berlangsung pada
hari yang disepakati, dan lagi-lagi semuanya berjalan seperti yang telah
direncanakan, dengan izin Allah kesepakatan telah dimatangkan, bahwa
pernikahanku akan digelar 3 pekan setelah pelamaran itu, dan dari pihak
keluarga meminta fachry untuk menyanggupi uang nikahnya dengan nominal Rp.
85.000.000,-, Alhamdulillah sesuai kesepakatan sebelumnya, fahcry menyanggupi
permintaan tersebut namun juga beliau memberi syarat pada keluarga besarku
bahwa nominal itu akan disanggupinya dengan catatan akad nikahnya dilangsungkan
secara syar’I dan pihak keluarga besarku mengikuti aturan teknis dari pihak
panitia walimah (Teman-teman kami), dan Alhamdulillah, semuanya berlangsung
sesuai harapan, tidak ada yang kurang dalam pelaksanaan tersebut.
Pendengar Nurani yang budiman
Begitulah awal pertemuan hingga pernikahanku dengan fachry
suamiku saat ini, dan Alhamdulillah kami menikmati masa-masa bahagia saat ini,
meskipun sedikit telat, namun Allah menambah kebahagiaan dengan kehamilanku
saat ini, sesuai permintaan mama, aku, fachry dan adik2 iparku tinggal dirumah
mama, alasannya karena bila kami tinggal terpisah maka yang tinggal dirumah
hanyalah beliau dan adik perempuanku yang masih duduk dibangku kelas 3 smp,
sementara ini suamiku merintis usaha Warung makan kecil-kecilan didepan Rumah,
sebab dikawasan rumahku juga terbilang ramai dan strategis, mohon doa dari
pendengar semoga keluarga kami langgeng selamanya. Aamiin
Jazakumullahu
khairan...
Wassalam
Anita
Warning,
untuk anda yang mau share/copy paste kisah ini mohon jangan menambah dan
mengurangi isi kisah dalam artikel ini. jazakumullahu khairan
0 Comments