Terima Kasih Bunda


Terima kasih Bunda...

 


Dari Anita di Jawa Barat
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Pendengar Nurani yang budiman
Bagi pendapat sebahagian orang mungkin caraku mendapatkan jodoh dan awal perjumpaanku dengan Suamiku ini sangatlah unik, bahkan bagi sebahagian lainnya terlalu gimanaaa gitu.
Pendengar Nurani yang budiman
Alhamdulillah pernikahanku sudah terjalin sejak 2 Tahun silam, dan saat ini aku tengah hamil 4 bulan. Inilah kisahku :

Pendengar.., Rumahku terletak dan diapit diantara 2 tempat yang sering ramai dikunjungi orang, yakni sebelah kanan Rumahku ada Mesjid yang selalu ramai dikunjungi Jama’ahnya dan sebelah kiriku terdapat SPBU (Pertamina) yang juga tak kala ramainya dikunjungi oleh para pengguna kenderaan bermotor, begitulah.., dapat kugambarkan bahwa rumahku dalam kondisi lingkungan yang Ramai. Dari kecil hingga beranjak remaja aku telah terbiasa dalam lingkungan tersebut, aku bahkan telah mengenal segalanya dengan baik, saking dekatnya aku dengan lingkungan dan tetangga2ku, karyawan2 SPBU dan pengurus masjid itupun sangat kukenal satu persatu.
Pendengar Nurani yang baik
Alhamdulillah 5 tahun silam aku diperkenalkan dakwah Ahlussunnah oleh teman kampusku, meskipun jalan meraih hidayah itu tidak lah mudah kuraih, namun sebuah kesyukuran buatku karena dakwah yang dulunya ditentang oleh keluargaku itu, kini telah terterima dengan baik, dan itu semua kurasakan seperti anugerah terindah bagi ku, apalagi keluarga besarku kukenal betul sangat perfec dengan segala hal, termasuk dalam memilih majelis2 ilmu. Sebagai anak pertama dari 2 bersaudara, tentu ada banyak harapan besar dalam diri ortuku sebagaimana kebanyakan orang tua, dulu sebelum sampai dakwah itu kemereka, aku begitu dipaksa untuk menjadi seorang wanita karir, yaa minimal PNSlah, dulu bahkan karena rayuan tanteku yang sudah 15 tahun tinggal dijakarta, beliau membujuk mamaku untuk mengizinkan aku tinggal bersamanya, menurut beliau wajahku sangat mendukung untuk menjadi orang terkenal dijagat hmamaran, tetapi Alhamdulillah hal itu tidak langsung di ACC oleh mamaku dengan alas an bahwa kami hanya tinggal bertiga dirumah, hanya aku, adikku dan mamaku, qadarallah, ayahku yang seorang pensiunan TNI menutup usianya 2 tahun silam, sementara mamaku adalah pensiunan PNS di DIKNAS, begitulah kondisi keluargaku saat ini, jujur meskipun telah sampai dakwah it kepada mamaku, namun harapan beliau sangat besar untuk melihatku dipinang oleh lelaki mapan yang selevel dengan keluargaku, apalagi seperti keluarga pada umumnya terlihat jelas kesannya bahwa ada persaingan ditengah2 keluargaku, khususnya persaingan dalam hal finansial, betapa tidak, setahun yang lalu sepupuku peremmpuan dinikahi oleh dosen salah satu perguruan tinggi dibandung, sementara adik sepupuku sebelah papa 8 bulan yang lalu dinikahi oleh salah seorang karyawan Bank Swasta yang memiliki kedudukan strategis di tempat kerjanya, semntara 3 bulan setelah itu sepupuku laki-laki, anak dari saudara tertua mama menikahi seorang gadis anak seorang pejabat daerah dibanten dengan sangat meriah dan biaya nikah yang tidak sedikit, demikianlah, meskipun hanya tersirat dari wajah mamaku, kurasakan betul bahwa beliau sangat mengharapkan agar kelak aku dan adiku mengikuti jejak-jejak mereka. Diperistri oleh lelaki-lelaki mapan, memiliki masa depan cerah dan sekufu dengan keluargaku. Jujur, aku sendiri sepakat dengan harapan mama itu, siapa yang tidak ingin diperisitri oleh lelaki mapan?, tetapi sebagai muslimah  yang telah mengenal dakwah, secara pribadi aku telah menmpatkan kriteria “Mapan” itu pada urutan kesekian, bagiku yang penting akhlaknya baik dan insyaaAllah bias menjadi imamku dunia-akhirat, insyaaAllah aku ikhlas, intinya aku tidak mematok kriteria pria yang insyaaAllah kelak menjadi pendamping hidupku, dan untuk semua itu, aku selalu memberi pengertian kepada mama, aku yakin, mama pasti memahaminya meskipun harus melalui proses yang panjang.
Pendengar Nurani yang baik
Sebuah kesyukuran juga buatku, bahwa selama ini metode dakwahku mudah diterima oleh mama, maklum sejak kecil aku sudah terbiasa dengan beliau, terasa betul sejak kecil, beliau tidak hanya seperti orang tua bagiku, tetapi kadang pula beliau sering memposisikan dirinya seperti seorang sahabat, sehingga sekecil apapun masalahku pasti aku sampaikan kebeliau dalam bentuk curhat-curhat, bahkan 3 tahun belakangan ini, dengan Alasan kasian denganku karena sering bepergian tanpa mahrom, beliaau menawariku agar teman-teman tarbiyahku mau menjadikan rumahku sebagai tempat tarbiyah tetap, bahkan tak jarang atas permintaannya, beliau yang mengadakan konsumsinya. Aku sangat senang dmamaatnya, dan moment itu pula yang sering aku manfaatkan untuk memasukan dakwah-dakwah kebeliau, Alhamdulillah usaha-usaha itupun tidak sia2, sebab sejak saat itu, mama juga sudah mulai menggunakan jilbab panjang, mengikuti sedikit2 kajian-kajianku dll, hingga suatu saat dimana kami sedang makan malam, dengan sedikit candaanya beliau bertanya padaku :
“Nak, sepertinya sudah saatnya kau menikah, usiamu sudah 24 tahun, apa kau sudah mulai memikirkan hal itu?”
Dengan senyum aku menjawab pertanyaan itu “InsyaaAllah bu.., soal itu nandapun sudah mulai memikirkannya, tetapi sebagai seorang wanita tentu nanda hanya menanti datangnya sang pangeran pujaan hati yang hendak meminang nanda…” ujarku.
“apa kau punya kriteria lelaki idamanmu nak?” Tanya mamaku lagi
“hmm, sebetulnya ada bu, dan kriteria itupun mungkin seperti apa yang ada dalam bayangan mama, tetapi bagi nanda, nanda tidak terlalu mematok kriteria khusus pada lelaki yang dating melamar nanda, yang penting agamanya bagus bu, insyaaAllah nanda siap menerimanya” jawabku perlahan.
“iyya nak, mama faham, bagi mama sih terserah kau saja, kau kan yang menjalani pernikahan itu…, oh ya, apa kau sudah punya pilihany hati?, bila sudah ada, insyaaAllah mama yang akan pergi melamarkan dia untukmu, bukankah hal itu tidak dilarang dalam agama?” ujar mamaku dengan senyumnya, mendengar hal itu aku cukup kaget dmamaatnya, aku sendiri tidak menyangka bahwa tingkat keihlasan mama dalam menerima siapapun pilihan hatiku sudah sejauh itu, Alhamdulillah..

“Subhanallah…, nanda senang dan terharu mendengarnya bu, terima kasih, tetapi.., untuk sementara ini nanda belum punya pilihan hati, sebab hingga saat ini nanda belum pernah mengenal lelaki manapun, dan nandapun selama ini sangat menutup jalan-jalan fitnah itu hingga saatnya tiba..” jawabku dengan mata berkaca-kaca.
“yaa..udah.., kalau gitu bila saatnya tiba, kau ceritakan saja sama mama, insyaaAllah kita akan cari bersama jalan keluarnya, yaa nak..??” sela mamaku menimpali jawabanku.
“iyya bu, syukran sebelumnya..”
Pendengar Nurani yang baik
Perjalan waktu membawaku pada suatu kondisi yang tidak kuduga-duga, betapa tidak pintu hatiku yang telah lama tertutup rapat untuk fitnah itu, akhirnya terusik pula, fikiran dan perasaanku itu mulai terusik manakala 3 bulan setelah terjadi dialog antara aku dan mama tempo hari  tentang jodohku,  hatiku mulai terusik dengan hadirnya seorang ikhwah karyawan baru di SPBU disamping rumahku, tetapi fitnah itu hanya sebatas mengagumi ketawadhuannya dan kegigihan beliau dalam menjalani hidup ini, kusaksikan setiap harinya beliau naik sepeda dari rumahnya ke tempat kerjanya dengan mendendarai sepeda butut, beberapa kali pula kuperhatikan dari jarak jauh dan tersembunyi cara beliau melayani konsumen pria dan wanita juga sangat berbeda, betul-betul sangat menjaga pandangannya, bahkan bila beliau tugas sift pagi, sering aku melihat beliau tidak pernah lepas dari sholat dhuhanya, beliau juga beberapa kali kupergoki memuroja’ah hafalannya saat konsumen sepi, kusaksikan pula bahwa tas butut yang tergantung disepeda bututnya itu berisi pakaian gantinya saat sholat tiba, entahlah, mungkin diri ini yang jarang bertemu dan memperhatikan tingkah laku para ikhwah kebanyakan, sehingga tidak terlalu faham kelebihan dan kekurangan mereka, tetapi secara pribadi aku sendiri menganggap bahwa ikhwah ini begitu istimewa. Itulah kejadian aneh menimpa hatiku, tetapi meskipun hanya sebatas mengagumi dari jarak jauh, namun aku harus mencari solusi dari penyakit hati tersebut. Pendengar, tanpa kusadari gelagat anehku ini diperhatikan pula oleh mamaku, sehingga tanpa sepengetahuanku pula beliau mulai terusik mencari tahu identitas asli sang ikhwah tersebut, dan entah menyewa intelejen mana, akhirnya semua data2 tetang ikhwah itu telah ada dalam genggaman mamaku, kuketahui dari investigasi mama bahwa ikhwah itu bernama Muhammad Fachry, beliau adalah anak yatim piatu yg kini  tinggal bersama 2 orang adiknya, sekaligus menjadi tulang punggung bagi keduanya, kuketahui pula bahwa beliau adalah Alumni Fakultas Hukum dari sebuah Perguruan Tinggi, hanya saja termasuk sarjana yang kurang beruntung karena saat ini akhirnya hanyalah menjadi karyawan biasa di Pertamina. Pendengar, kuakui setelah kudengar informasi tersebut dari mama, tidak menyurutkan simpatiku kepada beliau, bahkan ketika mama mengagetkan aku dalam lamunan sesaatku :
“bagaimana nak?, apakah kau menyukainya?” ujar mamaku, aku sendiri cukup kaget dengan hal itu.
“hmm, menurut mama sendiri bagaimana?, apa mama tidak keberatan bila ternyata nanda menyukai ikhwah ini?” tukasku perlahan
“kan mama sudah bilang, mama terserah saja pilahnmu, selama itu baik buatmu dan dapat membuatmu bahagia, kenapa tidak?, lagi pula kau sendiri yang akan menjalani biduk rumah tangga itu setelahnya, mama juga merasa kau sudah cukup dewasa untuk menentukan mana yang baik dan buruk untukmu, apalagi dalam meilih pasangan hidup..” jawab mamaku dengan pasti.
“Subhanallah…, syukran bu…, Alhamdulillah mama memahami saya, insyaaAllah kalau memang ikhwah tersebut belum menikah dan siap menerima nanda apa adanya, insyaaAllah nandapun siap menerima beliau apa adanya..” ujarku dengan mata berkaca-kaca.
“baiklah nah, insyaaAllah besok siang saat beliau istirahat siang, mama akan undang beliau kerumah, kau sediakan saja hijabnya, insyaaAllah mama akan meminta beliau dating besok bersama salah satu adiknya..” jawab mamaku dengan kata-kata lembutnya yang membuatku semakin menitikkan air mata.
Pendengar Nurani yang baik
Begitulah, dengan konsep syar’I yang telah kusetting, besok siangnya sang ikhwah datag bersama kedua adiknya, entahlah, aku tidak tahu bagaimana perasaan beliau saat itu, yang pasti aku pribadi tidak dapat menggambarkan kondisi perasaanku, semuanya berbaur menjadi satu, cemas, bahagia, mulai berkecamuk dalam hatiku, siang itu sang ikhwah duduk diruang tamu dan aku, mama dan adikku duduk dibalik hijab yang sudah kusediakan sebelumnya, sesaat suasananya hening, hingga akhirnya :
“Bismillah, Assalamu ‘alaykum, afwan nak fachry, tante sengaja mengundang nak fachry karena ada beberapa hal yang ingin tante tanyakan, ini perihal nak fachry..” ujar mamaku membuka keheningan suasana saat itu.
“Wa’alaikumussalam, iya tante silahkan, sekiranya ada yang bias saya bantu, tafadhal…” jawab fachrih lirih
“Thayyib, begini nak, sebetulnya maksud tante mengundang nak fachry kesini sekedar ingin tahu beberapa hal..” ujar mamaku terputus.
“iya, silahkan bu, kalau itu sifatnya membantu insyaaAllah saya bias laksanakan..” jawab fachry lagi
“Nak fachry selain kerja disini, kerja apa lagi..?” Tanya mamaku melontarkan pertanyaan pertama.
“Alhamdulillah, untuk saat ini kalau pagi sampai jam 2 siang saya kerja di sini tante, sepulang dari kerja saya ada warung makan kecil-kecilan dirumah, biasanya buka malam sebab dikompleks saya ramainya baru sora sampai malamnya, maklum tante masing-masing smamak dengan pekerjaannya.” Jawab fachry
“Trus keluargamu masih ada?, maksud tante keluarga dari bapak dan mamamu?” Tanya mamaku lagi
“eee, Alhamdulillah masih ada tante, tapi di Sulawesi, kebetulan sudah 6 tahun saya tinggal disini, sementara kedua adik saya baru 2 tahun lalu tinggal bersama saya, mereka sekolah disini, sebelumnya mereka tinggal dengan nenek dikampung..” jawab fachry
“antum sudah berkeluarga nak?, maksud tante sudah menikah..” Tanya mamaku lagi, beberapa saat suasana menjadi hening, fachri terdiam saat mendengar pertanyaan mamaku, hingga beberapa menit kemudian.
“Ee, saya belum menikah tante, maklum saat ini ada 2 orang adik saya yang diamanahkan oleh kedua orang tua saya saat ini, jadi untuk menikahpun belum terfikirkan.”jawab fachry
“Apa hanya itu saja alasanmu mengapa hingga saat ini belum menikah nak?” Tanya mamaku lagi, mendengar alotnya dialog itu keringat dinginku mulai bercururan.
“Emm, sebenarnya dengan usia yang sudah memasuki 27 tahun ini sebetulnya telah ada keinginan menikah dalam hati saya tante, tetapi saya  tidak mau egois dengan rasa dan keinginan itu tante, saya khawatir jangan sampai pernikahan itu tidak akan memberi kebahagian buat saya dan keluarga saya, saya juga  khawatir jangan samapi kelak ketika saya memberi kebahagiaan dan perhatian kepada kedua adik saya membuat saya lalai dari membahagiakan dan memperhatikan istri saya, begitu juga sebaliknya saya khawatir jangan sampai perhatian dan kebahagiaan yang saya berikan kepada istri saya membuat saya lalai dari memperhatikan kedua adik saya, apalagi saat ini dari sisi finansial kehidupan kami masih sangat pas-pasan tante, jadi untuk sementara ini niat untuk menikah itu dipendam dulu, insyaaAllah sampai tiba waktunya, mohon doanya tante..”ujar fachry menjelaskan. Sejenak suasana kembali hening
“O begitu ya nak, hmm, bagaimana kalau dalam kondisi keluargamu yang demikian ada seorang akhwat yang bersedia menjadi istrimu dan siap menerimamu apa adanya…” tukas mamaku memecah suasana.
“Eee, eee, hmmmm, sebenarnya bila adapun akhwat yang mau menerima saya dan keluarga saya apa adanya, terus terang rasa cemas itu tetap masih akan terus menghinggapi perasaan saya tante, sebab mungkin saat ini akhwat itu menerima saya dengan dalih memahami kondisi saya apa adanya, tetapi bagaimana bila setelah menikah nanti dan dia mendapati masih ada banyak kekurangan saya, tentunya itu akan menjadi polemic bagi rumah tangga saya, apalagi bila akhwat itu tidak sekufu dengan saya, Persoalan menikah itu memang mudah tante, tetapi juga tidak sesederhana itu, saya rasa tante lebih memahaminya, afwan..!!” jawab fachry lirih, mendengar jawaban itu perasaanku semakin tidak menentu, aku mengira bahwa semua ikhwah itu begitu ditawari menikah dengan dalih bahwa akhwat dan keluarganya mau menerima apa adanya mereka akan langsung menerima, tetapi ternyata tidak bagi ikhwah ini.
“thayyib nak, tante memahami maksudmu, dan afwan juga sebelumnya bila tante terlalu berlebihan menanyakan banyak hal padamu, sebenarnya maksud dari semua ini hanyalah…, eeee, hanyalah..”ujar mamaku terbata-bata

“hanya apa tante..??, insyaaAllah apapun yang terjadi siang ini, baik ataupun buruk hal tersebut bagi saya maupun keluarga tante, insyaaAllah saya bias merahasiakannya, dan tante insyaaAllah bias pegang kata-kata saya, silahkan dilanjutkan tante.., hanyala apa?” jawab fachry menyela
“iya nak fahry, sebetulnya tante dan keluarga tante saat ini dalam posisi yang tidak enak, tetapi tante berharap ini tidak berlebihan bagimu dan tidak membuatmu menjadikan rendah keluarga tante, tante juga berdoa semoga bila langkah tante dan keluarga ini salah, semoga Allah mengampuni kami sekeluarga..”ujar mamaku
“aamiin, insyaaAllah tante..”jawab fahcry perlahan
“begini nak, sebetulnya akhwat yang tante maksudkan tadi, yang insyaaAllah siap menerimamu apa adanya itu adalah ANITA putri sulung tante, beliau saat ini mahasiswa semester akhir di sebuah Universitas negeri fakultas Sospol, beliau saat ini sudah berusia 24 tahun dan untuk mengindarkan beliau dari fitnah maka sebagai orang tua tunggal saat ini dari anita, tante berinisiatif mencarikan beliau pendamping hidupnya, yang insyaaAllah bersedia menjadi pelindungnya kelak, dan bias menjadi imam baginya dan anak-anaknya kelak, jujur sengaja tante memilihmu karena dimata tante nak fachry insyaaAllah calon suami yang bertanggung jawab dan bias diandalkan dalam keluagra nanti, tante harap nak fachry tidak memandang hal ini terlalu berlebihan, afwan..!!” tutur mamaku dengan nada kemamaaannya
“MasyaaAllah, subhanallah…, sunggu beruntungnya ukhti anita memiliki orang tua seperti tante, orang tua yang tidak hanya melahirkan dan membesarkan anaknya, tetapi orang tua yang juga sekaligus mencari pasangan hidup buat putrinya, saya terharu mendengarnya tante, insyaaAllah hal ini tidak akan membuat keluarga tante rendah dimata saya, justru saya merasa bahwa hal ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa yang justru dimata saya memandang keluarga tante lebih istimewa, tetapi afwan, saya hanya ingin sebelum pembicaraan ini kita lanjutkan, sebaiknya tante dan ukhti anita berfikir sekali lagi, jangan sampai kelak aka nada penyesalan dalam keluarga tante, afwan sebelumnya” jawab fachri dengan bijaknya
“syukran nak, tante senang mendengarnya, sebetulnya dari pihak tante sudah matang dengan keputusan ini, mungkin nak fachry lah yang harus memikirkan hal ini, bila nak fachry bersedia menikah dengan putri tante, insyaaAllah beberapa hari kedepan kita akab membicarakan segala sesuatunya…”ujar mamaku lagi
“MasyaaAllah, jujur saya sangat tersanjung dan terharu dengan hal ini tante, tetapi terus terang saya masih bimbang dengan semua ini, saya bukan bermaksud angkuh atau so jual mahal dalam hal ini, sebab saya sadari siapa saya, tetapi sadarkah tante bahwa kita tidak sekufu?, apa jadinya pandangan orang tetang saya, pasti mereka akan memandang saya hina karena memperistri wanita dari kalangan orang terhormat sementara saya hanya jelata biasa, belum lagi omongan dari keluarga besar tante menanggapi pernikahan ini, apa hal ini luput dari pertimbangan tante?, afwan..!!” jawab facry lirih
“insyaaAllah hal itu tidak akan luput dari pertimbangan tante, dan pertimbangan ini telah tante lakukan jauh sebelum tante mengundangmu kesini…” tukas mamaku
“afwan, tetapi saya memiliki banyak kekurangan dari sisi finansial tante, saya juga hanya pekerja biasa dengan upah seadanya, mohon ini pula jadi pertimbangan tante dan ukhti anita..” ujar fachry lagi
“iya nak, afwan sebelumnya, dengan tidak bermaksud merendahkanmu dan keluarga besarmu, kalau kau tidak keberatan kami akan menerima maharmu apa adanya sesuai dengan kesanggupanmu, dan untuk menjaga kehormatanmu di hadapan keluarga tante nanti saat pelamaran, kau sanggupi saja berapa besar permintaan uang nikahnya mereka, insyaaAllah segala kekurangannya tante yang akan tambahkan, dan tambahan itu bukan uang tante tetapi nanti akan jadi uangmu sebab tante akan hadiahkan dana kekurangan itu untukmu, afwan, sekali lagi tante tidak bermaksud merendahkanmu nak..” ujar mamaku dengan argument2 bijaknya
“Alhamdulillah, saya sangat menghargai budi baik tante, tetapi tidakkah ini akan menjadi polemic dalam keluarga saya kelak??, saya cemas bila nanti terjadi sesuatu dalam keluarga saya dan hal ini akan diungkit-ungkit oleh pihak keluarga tante, sebab saya menikah putri tante dengan dana dari keluarga tante sendiri, mohon dipertimbangkan lagi tante, afwan..!!” ujar facry lagi
“iya nak, tante sudah memprediksi pendapatmu tentang hal ini, tetapi insyaaAllah hal itu tidak akan terjadi, sebab tante ihlas melakukannya, tante hanya berharap bahwa nak fachry dapat menjadi suami yang bertanggung jawab buat kelaurga nak fachry nanti, adapun soal kehidupan setelahnya insyaaAllah tante akan pinjamkan nak fachry sejumlah dana untuk dimanafaatkan sebagai modal usaha, dan ank fachry bias kembalikan kapan saja bila telah mampu mengembalikannya…” ujar mamaku lagi, suasana saat itu kembali menjadi hening, kudengar dari balik hijab fachry menghela nafasnya dalam-dalam
“Afwan tante, bila itu benar adanya, saya hanya meminta satu hal dari tante dan ukhti anita, sekiranya bila pernikahan ini terjadi, saya ingin ada kesepakatan bahwa apapun yang sifatnya pemberian dan hadiah-hadiah istimewa buat saya tidak akan melemahkan fungsi saya sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga saya nanti, artinya saya tidak mau disetir oleh pihak manapun dalam rumah tangga saya kecuali bila saya tengah dalam kondisi yang khilaf dan perlu diluruskan, selebihnya saya ingin agar rumah tangga saya berjalan dengan normal sebagaimana rumah tangga lainnya, dimana suami adalah kepala keluarga dan istri mengikuti suaminya selama suaminya tidak menyuruhnya untuk bermaksiat kepada Allah..” jawab fachry lagi
“InsyaaAllah nak, insyaaAllah semua akan seperti itu, dan bila pernikahan ini terjadi, lupakanlah semua tentang hal ini, jalanilah rumah  tangga kalian dengan damai, tante hanya akan mendoakan saja dari jauh..” jawab mamaku pasti
Pendengar Nurani yang budiman
Itulah dialog panjang antara fachry dan mamaku yang juga dihadiri oleh aku dan adikku dari pihak keluargaku, dan  turut pula disaksikan oleh kedua adiknya fachry, dan Alhamdulillah segalanya berjalan lancer, dengan izin Allah segalanya berjalan denagn mudah, mungkin ini adalah jawaban dari doa-doaku selama ini, hingga akhirnya pertemuan anatara keluarga besarku dan fachry ditemani oleh beberapa ikhwah sahabatnya berlangsung pada hari yang disepakati, dan lagi-lagi semuanya berjalan seperti yang telah direncanakan, dengan izin Allah kesepakatan telah dimatangkan, bahwa pernikahanku akan digelar 3 pekan setelah pelamaran itu, dan dari pihak keluarga meminta fachry untuk menyanggupi uang nikahnya dengan nominal Rp. 85.000.000,-, Alhamdulillah sesuai kesepakatan sebelumnya, fahcry menyanggupi permintaan tersebut namun juga beliau memberi syarat pada keluarga besarku bahwa nominal itu akan disanggupinya dengan catatan akad nikahnya dilangsungkan secara syar’I dan pihak keluarga besarku mengikuti aturan teknis dari pihak panitia walimah (Teman-teman kami), dan Alhamdulillah, semuanya berlangsung sesuai harapan, tidak ada yang kurang dalam pelaksanaan tersebut.
Pendengar Nurani yang budiman
Begitulah awal pertemuan hingga pernikahanku dengan fachry suamiku saat ini, dan Alhamdulillah kami menikmati masa-masa bahagia saat ini, meskipun sedikit telat, namun Allah menambah kebahagiaan dengan kehamilanku saat ini, sesuai permintaan mama, aku, fachry dan adik2 iparku tinggal dirumah mama, alasannya karena bila kami tinggal terpisah maka yang tinggal dirumah hanyalah beliau dan adik perempuanku yang masih duduk dibangku kelas 3 smp, sementara ini suamiku merintis usaha Warung makan kecil-kecilan didepan Rumah, sebab dikawasan rumahku juga terbilang ramai dan strategis, mohon doa dari pendengar semoga keluarga kami langgeng selamanya. Aamiin

Jazakumullahu khairan...
Wassalam
Anita

Warning, untuk anda yang mau share/copy paste kisah ini mohon jangan menambah dan mengurangi isi kisah dalam artikel ini. jazakumullahu khairan

DOAq Ya ALLAH...


DOAq Ya ALLAH...

Ya Allah,
Telah banyak rintangan yang hamba lalui
Telah banyak cobaan yang hamba jalankan
Tapi,
Ya Allah ...
Hamba merasa semua rintangan dan cobaan itu ...
mungkin hanya rintangan dan cobaan kecil bagi-Mu
Ya Allah,
Hamba ini hanyalah seorang yang hina
Hamba hanyalah seorang yang pernah lupa pada diri-Mu
Ya Allah,
Hamba mohon ampun ...
Ampuuun ...
Maafkanlah kesalahan hamba di tahun-tahun yang lalu
Maafkanlah kesalahan hamba yang telah melupakan-Mu
Menelantarkan-Mu ...
dan menghiraukan-Mu ...
Hamba berdosa ...
Hamba ingin bertobat ...
Ya Allah ...
Lindungi mata hamba ... telinga hamba ... mulut hamba
dan seluruh tubuh hamba Ya Allah ...
Lindungi dari segala perbuatan yang negatif ...
perbuatan yang dapat menuntun hamba kejalan yang pernah hamba lalui dulu ...
Ya Allah,
Tak puas-puasnya hamba meminta permohonan maaf-Mu
Tak puas-puasnya hamba menitikkan air mata ini di atas sajadah-Mu ...
Tak puas-puasnya hamba meneriakkan nama-Mu ...
Astaghfirullah Hal adziiim ...

Maafkan hamba ...
Terimalah tobat hamba yang nista ini, Ya Allah ...
Ampunkanlah segala dosa yang pernah saya dan juga sahabat 2 saya lakukan
Maafkanlah kami semua ...
Maafkanlah kesalahan seluruh umat-Mu
Ya Allah ...

Ujian Seseorang Sesuai Kadar Agamanya


Ujian Seseorang Sesuai Kadar Agamanya


... Bismillahi minal Awwali wal Akhiri ..
Saad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw., 'Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?' Nabi saw. menjawab, 'Para nabi, kemudian yang menyerupai mereka, dan yang menyerupai mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah), dia diuji sesuai dengan itu (ringan); dan bila imannya kokoh, dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa'." (HR Bukhari)
Sesungguhnya ujian bagi seorang hamba itu berdasarkan agamanya. Jika agamanya kuat, ia akan diuji dengan ujian yang berat. Sebailknya, jika agamanya lemah, ia akan diuji dengan ujian yang ringan. Para rasul dan para nabi adalah orang-orang yang utama karena mereka mendapat ujian dari Allah sangat berat. Ujian yang mereka terima tidak akan sanggup dipikul oleh orang biasa (awam). Ketika berdakwah menyebarkan agama Islam, Rasululah saw. dituduh sebagai tukang sihir. Beliau difitnah dengan berbagai macam cara oleh orang-orang musrik kaum Quraisy. Orang-orang kafir membuat makar kepada Rasulullah, tetapi akhirnya Allah memenangkan agama Islam ini.
Seseorang yang hendak memegang teguh agamanya pasti akan mendapati berbagai tantangan-tantangan, baik tantangan dari luar maupun dari dalam. Tantangan itu bisa datang dari mana saja. Seperti yang terlihat sekarang ini, ujian sekarang ini banyak sekali yang berasal dari kalangan umat Islam sendiri. Ketika seorang ulama menyuarakan kebenaran, ada saja yang menentangnya. Ketika goyang haram Inul diprotes, ada saja yang menentangnya. Bahkan, suara yang menentang kebenaran itu justru lebih kuat daripada yang membelanya. Kita jadi bertanya sebenarnya mereka orang-orang yang memiliki organisasi kuat itu di mana. Mana reaksi dari Muhammadiyah? Mana reaksi dari Al- Irsyad? Mana reaksi dari NU? Mana reaksi dari Persis? Mengapa kalian tidak satu suara. Ini adalah tantangan yang besar yang dihadapi umat ini. Dia, Rhoma Irama yang bukan ulama, malah berani mendukung protes ulama, hingga dia sendiri melakukan tindakan nyata. Kini dia sedang dipojokkan, apa dukungan kita untuk para pembela kebenaran itu? Ketika pornografi menggema, ketika pornoaksi menggelora, mana reaksi organisasi-organisasi Islam yang besar-besar itu. Untuk apa organisasi Islam didirikan kalau tidak untuk menegakkan nilai-nilai syariat Islam!

Pada zaman modern sekarang ini orang yang memperjuangkan kebenaran akan tersisih. Pada umumnya mereka yang kokoh memegang kebenaran dan berani mengatakan dengan keras dan terbuka justru malah yang dimusuhi dan dibenci. Abu Bakar Baasyir, misalnya, adalah salah satu tokoh yang berani menyuarakan kebenaran meskipun di hadapan raja. Beliau kini menghadapi berbagai tantangan yang berat. AS menghendaki orang yang berjuang keras menegakkan syariat Islam ini lenyap dari peredaran. Sekarang beliau ditahan dan sedang dibawa ke meja hijau. Orang-orang seperti beliau benar-benar menghadapi ujian yang berat. Dengan nyata dan jelas beliau dan mereka yang konsisten dengan menegakkan kebenaran adalah yang menyerupai para nabi. Itulah sebabnya barangkali para tokoh muslim enggan untuk menyuarakan hati nuraninya dengan terang-terangan karena takut tersisih. Apalagi, para pemimpin organisasi Islam terkemuka, mereka memiliki harapan menjadi calon legislatif dan eksekutif. Mereka takut tersisih dari arena politik. Oleh karena itu, mereka menganggap lebih baik ngumpet daripada keluar.
Kita tidak sepatutnya bersikap demikian. Kita dituntut untuk mengamalkan agama ini sebaik-baiknya, yang benar kita suarakan benar, yang salah kita suarakan salah. Yang menyuarakan kebenaran kita dukung, yang menentangnya kita tentang. Jangan sampai kita lengah menghadapi hidup ini sehingga menjadi pengecut. Kita harus tegar memegang kebenaran. Dengan tegar dan istikamah itu kita akan mendapat pertolongan dari Allah SWT. Jika setiap kita mengambil sikap demikian, orang-orang pembela kemungkaran akan takut menghadapi kaum muslimin. Jika masing-masing kita memiliki kekuatan agama, orang- orang kafir akan takut menghadapi kita. Kita lemah sehingga mereka tidak takut, bahkan menginjak dan menjajah kita. Marilah kita tingkatkan kekuatan iman kita untuk menyongsong kehidupan esok yang lebih baik. Allah tidak menuntut kita yang di luar kesanggupan kita, karena Allah hanya akan menguji kita sesuai dengan kekuatan kita.